Monday, October 31, 2011
Thursday, October 27, 2011
NABI ISA AS AKAN MUNCUL SEBAGAI MANUSIA PALING MAJU DI DUNIA
Beratus-ratus laman web dari seluruh dunia menceritakan dan menghebahkan tentang Dajjal atau Antichrist ini. Setiap pendedahan yang dinyatakan boleh disimpulkan kepada beberapa perkara:
- Keupayaan Dajjal meracuni pemikiran umat manusia sejak tahun 1800.
- Keupayaan konco-konco Dajjal menguasai ekonomi dunia.
- Keupayaan organisasi-organisasi sulit Dajjal menguasai pemerintahan dalaman setiap negara di dunia.
- Keupayaan agen-agen Dajjal menggunakan teknologi terkini dalam meneroka dunia angkasa melalui UFO.
Kesimpulannya, Dajjal yang kita kenali itu merupakan manusia yang maju gaya pemikirannya. Seperti kata Muhammad Isa Dawud, “….dia adalah anak yang genius..”
Iaitu Nabi Isa a.s.
Ciri-Ciri Manusia Maju
Dajjal dikatakan maju dan menguasai segala ilmu disebabkan perkara-perkara berikut:
- Hidup terlalu lama sejak sebelum kelahiran Nabi Musa.
- Telah merantau seluruh pelusuk dunia sejak beribu-ribu tahun.
- Mempelajari pelbagai bahasa di dunia.
- Melihat sendiri perkembangan tamadun masyarakat dunia.
- Mengetahui selok-belok tempat di dunia.
- Dan lain-lain lagi…
Maka, saya percaya Nabi Isa a.s. yang ditakdirkan Allah SWT untuk melawan Dajjal dibekalkan juga dengan perkara-perkara berikut:
- Kemajuan pemikiran dan teknologi setanding atau lebih daripada Dajjal.
- Kekuasaan ilmu teknologi moden yang melampaui pemikiran manusia.
- Strategi peperangan yang lebih maju.
Nabi Isa adalah manusia maju yang bakal diturunkan Allah SWT sesuai dengan tempoh masa hidupnya yang lama seperti Dajjal. Adakah Allah akan menurunkan hamba-Nya ini dengan tangan kosong sahaja untuk melawan makhluk termaju..?
Apa yang perlu dibimbangi?
Sebagai umat Islam, saya amat bimbang tentang tiga perkara:
- Pada ketika Dajjal muncul di tengah-tengah masyarakat, tiada seorang pun tahu ia adalah Dajjal. Mungkin disebabkan wajahnya telah diubah.
- Pada ketika munculnya Imam Mahdi, tiada seorang pun sedar dia adalah Imam Mahdi kecuali orang-orang tertentu yang ditakdirkan Allah sahaja.
- Pada ketika turunnya Nabi Isa, tiada seorang pun sedar ia adalah Nabi Isa kerana ketika itu manusia berada dalam keadaan jahil dan sentiasa merasakan dunia masih lagi bukan era akhir zaman.
Apabila membaca hadith Rasulullah SAW, kita mungkin hanya berfikir Nabi Isa turun dari langit kemudian terus membunuh Dajjal. Anggapan sebegini mungkin timbul kerana hadith berikut ringkas sahaja dan kita akan mengandaikan kejadian tersebut hanya berlaku sekejap sahaja.
Tetapi sebaliknya, kemungkinan kejadian tersebut lebih lama dari yang kita dijangkakan.
Wallahu’alam….
Sunday, October 23, 2011
Pertama: waktu pagi dan sore hari.
Pada waktu
ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash bersama dengan
maw’idzatain (surat Al Falaq dan surat An Naas) masing-masing sebanyak
tiga kali. Keutamaan yang diperoleh adalah: akan dijaga dari segala
sesuatu (segala keburukan).
Dari Mu'adz bin Abdullah bin Khubaib dari bapaknya ia berkata,
خَرَجْنَا فِى لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِيُصَلِّىَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ « أَصَلَّيْتُمْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ »
Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, "Apakah kalian telah shalat?" Namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, "Katakanlah". Hingga aku berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Katakanlah
(bacalah surat) QUL HUWALLAHU AHAD DAN QUL A'UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL
A'UDZU BIRABBIL FALAQ ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka
dengan ayat-ayat ini akn mencukupkanmu (menjagamu) dari segala
keburukan."
(HR. Abu Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
(HR. Abu Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Kedua: sebelum tidur.
Pada waktu
ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan
terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan, lalu keduanya
ditiup, lalu dibacakanlah tiga surat ini. Setelah itu, kedua telapak
tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai
dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti tadi diulang
sebanyak tiga kali.
Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap
malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak
tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al
Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu
birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua
telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari
kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian
sebanyak tiga kali.”
(HR. Bukhari no. 5017)
(HR. Bukhari no. 5017)
Ketiga: ketika ingin meruqyah (membaca do’a dan wirid untuk penyembuhan ketika sakit).
Bukhari
membawakan bab dalam shohihnya ‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’. Lalu
dibawakanlah hadits serupa di atas dan dengan cara seperti dijelaskan
dalam point kedua.
عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ نَفَثَ فِى كَفَّيْهِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ ، وَمَا بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ . قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ يَأْمُرُنِى أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِهِ
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Apabila
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak tidur, beliau akan
meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat
Al Ikhlas) dan Mu'awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian
beliau mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata, “Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu (sama seperti ketika beliau hendak tidur, -pen)."
(HR. Bukhari no. 5748)
(HR. Bukhari no. 5748)
Jadi
tatkala meruqyah, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An
Naas dengan cara: Terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan
lalu keduanya ditiup lalu dibacakanlah tiga surat tersebut. Setelah itu,
kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu
dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara
seperti ini diulang sebanyak tiga kali.
Keempat: wirid seusai shalat (sesudah salam).
Sesuai shalat dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An Naas masing-masing sekali. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata,
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat di akhir shalat (sesudah salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Yang dimaksud mu’awwidzaat adalah surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani. (Fathul Bari, 9/62)
Kelima: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah fajar (qobliyah shubuh).
Ketika
itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun
dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat
Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari’ Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتِ السُّوْرَتَانِ يَقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الفَجْرِ : { قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ } وَ { قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ
“Sebaik-baik
surat yang dibaca ketika dua raka’at qobliyah shubuh adalah Qul
huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan Qul yaa ayyuhal kaafirun (surat Al
Kafirun).” (HR. Ibnu Khuzaimah 4/273. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Silsilah Ash Shohihah bahwa hadits ini shahih. Lihat
As Silsilah Ash Shohihah no. 646). Hal ini juga dikuatkan dengan hadits
Ibnu Mas’ud yang akan disebutkan pada point berikut.
Keenam: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah ba’diyah maghrib.
Ketika
itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun
dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat
Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
مَا أُحْصِى مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
“Aku
tidak dapat menghitung karena sangat sering aku mendengar bacaan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat pada shalat dua
raka’at ba’diyah maghrib dan pada shalat dua raka’at qobliyah shubuh
yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al Kafirun) dan qul huwallahu ahad
(surat Al Ikhlash).” (HR. Tirmidzi no. 431. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Ketujuh: dibaca ketika mengerjakan shalat witir tiga raka’at.
Ketika
itu, surat Al A’laa dibaca pada raka’at pertama, surat Al Kafirun pada
raka’at kedua dan surat Al Ikhlash pada raka’at ketiga.
Dari
‘Abdul Aziz bin Juraij, beliau berkata, “Aku menanyakan pada ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, surat apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam (setelah membaca Al Fatihah) ketika shalat witir?”
‘Aisyah menjawab,
كَانَ يُوتِرُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ يَقْرَأُ فِى الأُولَى بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَفِى الثَّانِيَةِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَفِى الثَّالِثَةِ بِ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ.
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca pada raka’at pertama: Sabbihisma
robbikal a’la (surat Al A’laa), pada raka’at kedua: Qul yaa ayyuhal
kafiruun (surat Al Kafirun), dan pada raka’at ketiga: Qul huwallahu ahad
(surat Al Ikhlash) dan mu’awwidzatain (surat Al Falaq dan An Naas).” (HR. An Nasai no. 1699, Tirmidzi no. 463, Ahmad 6/227)
Dalam riwayat yang lain disebutkan tanpa surat al mu’awwidzatain.
عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya melaksanakan shalat witir dengan membaca Sabbihisma
robbikal a’la (surat Al A’laa), Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al
Kafirun), dan Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash)” (HR. Abu Daud no. 1423 dan An Nasai no. 1730)
Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan,
وَحَدِيثُ عَائِشَةَ فِي هَذَا لَا يَثْبُتُ ؛ فَإِنَّهُ يَرْوِيهِ يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ ، وَهُوَ ضَعِيفٌ .وَقَدْ أَنْكَرَ أَحْمَدُ وَيَحْيَى بْنُ مَعِينٍ زِيَادَةَ الْمُعَوِّذَتَيْنِ .
“Hadits
‘Aisyah tidaklah shahih. Di dalamnya ada seorang perowi bernama Yahya
bin Ayyub, dan ia dho’if. Imam Ahmad dan Yahya bin Ma’in telah
mengingkari penambahan “mu’awwidzatain”.” (Al Mughni, 1/831)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan,
تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح لغيره دون قوله : والمعوذتين وهذا إسناد ضعيف عبد العزيز بن جريج لا يتابع في حديثه
“Hadits
ini shahih kecuali pada perkataan “al mu’awwidzatain”, ini sanadnya
dho’if karena ‘Abdul ‘Aziz bin Juraij tidak diikuti dalam haditsnya.”
(Tahqiq Musnad Al Imam Ahmad bin Hambal, 6/227)
Jadi yang
tepat dalam masalah ini, bacaan untuk shalat witir adalah raka’at
pertama dengan surat Al A’laa, raka’at kedua dengan surat Al Kafirun dan
raka’at ketiga dengan surat Al Ikhlas (tanpa mu’awwidzatain).
Namun
bacaann ketika witir ini sebaiknya tidak rutin dibaca, sebaiknya
diselingi dengan berganti membaca surat lainnya. Syaikh ‘Abdullah Al
Jibrin rahimahullah mengatakan,
والظاهر أنه يكثر من قراءتها، ولا يداوم عليها فينبغي قراءة غيرها أحياناً حتى لا يعتقد العامة وجوب القراءة بها
“Yang
nampak dari hadits yang ada, hendaklah bacaan tersebut seringkali saja
dibaca, namun tidak terus-terusan. Sudah seharusnya seseorang membaca
surat yang lain ketika itu agar orang awam tidak salah paham,ditakutkan
mereka malah menganggapnya sebagai perkara yang wajib.” (Fatawa Syaikh
Ibnu Jibrin, 24/43)
Kedelapan: dibaca ketika mengerjakan shalat Maghrib (shalat wajib) pada malam jum’at.
Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari Jabir bin Samroh, beliau mengatakan,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ فِي صَلاَةِ المَغْرِبِ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ : ( قَلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ ) وَ ( قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika shalat maghrib pada malam
Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal kafirun’ dan ‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam Takhrij Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kesembilan: ketika shalat dua rak’at di belakang maqom Ibrahim setelah thowaf.
Dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu yang amat panjang disebutkan,
فجعل المقام بينه وبين البيت [ فصلى ركعتين : هق حم ] فكان يقرأ في الركعتين : ( قل هو الله أحد ) و ( قل يا أيها الكافرون ) ( وفي رواية : ( قل يا أيها الكافرون ) و ( قل هو الله أحد )
“Lantas
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan maqom Ibrahim antara
dirinya dan Ka’bah, lalu beliau laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua
raka’at tersebut, beliau membaca Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas)
dan Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun). Dalam riwayat yang lain
dikatakan, beliau membaca Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun)
dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).” (Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 56)
Semoga sajian ini bermanfaat dan bisa diamalkan. Alhmadulillahilladzi
bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ’ala nabiyyina
Muhammad wa ’ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Sumber :www.iloveallah.com
Tuesday, October 18, 2011
ZULHIJJAH BULAN PELENGKAP SISTEM IBADAT UMMAH
SYAWAL bulan meraikan kemenangan sudah pun melabuhkan tirainya, kini Zulkaedah menjelma dengan suasana yang mampu mencetuskan pemikiran, menggerakkan hati keinsafan serta membangkitkan semangat beramal apabila melihat jemaah haji mula berlepas ke Tanah Suci.
Kewajipan Zulhijjah ini bakal melengkapkan rukun Islam yang kelima dan diari setahun amalan umat Islam. Ibadah haji penuh dengan pengajaran bukan saja kepada bakal jemaah, malah semua umat Islam di seluruh pelusuk dunia.
Dan katakanlah wahai Muhammad, beramallah kamu akan segala apa yang diperintahkan, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan. – Surah Al-Taubah, Ayat 105
Semangat tinggi jemaah haji walaupun dalam keadaan ada yang bertongkat, berkerusi roda, sudah berusia dan uzur atau masih muda, meninggalkan anak masih kecil serta ahli keluarga memerlukan semata-mata menunaikan kewajipan serta pengabdian, mampu menyuntik semangat kita semua.
Maha Suci Allah yang panggilan-Nya tidak mengira usia, rupa, jantina, kekuatan, pangkat mahupun darjat. Hakikatnya, yang mereka hajati walau jauh beribu batu dan dengan segala macam ujian yang akan ditempuh adalah rahmat, keampunan dan keredaan-Nya.
Sememangnya perjalanan itu suatu pengembaraan ujian seperti sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Perjalanan atau bermusafir itu adalah sebahagian daripada azab (penderitaan).” (Hadis riwayat Imam al-Bukhari)
Dengan sebab itulah, kejayaan bermusafir dalam ibadat haji dan mengambil roh daripada ibadat itu iaitu pengorbanan diraikan pula dengan Aidiladha.
Namun, di sebalik itu ada faktor dorongan atau tarikan luar biasa yang menyebabkan Tanah Suci tidak pernah lengang dan sunyi. Justeru, pengamatan terhadap kelebihan terkandung dalam Zulhijjah yang bakal tiba, mengukuhkan semangat beramal pada akhir tahun dalam takwim Islam.
Allah memberikan pelbagai keistimewaan dan kelebihan Zulhijjah antaranya, kemuliaan 9 Zulhijjah iaitu hari Arafah. Kelebihan itu pula terletak pada penilaian dan ganjaran Allah yang menjadi faktor dorongan luar biasa untuk beriman, beramal dan berakhlak.
Justeru, jika dikaji dengan mendalam, kita akan mendapati Allah menganugerahkan bagi umat Islam dengan aturan sistem, proses penilaian dan ganjaran yang tiada tolok bandingnya.
Pertama, sistem penilaian dan ganjaran Allah itu Maha Adil meliputi setiap yang baik di sisi-Nya. Firman Allah SWT yang bermaksud: “Dan katakanlah wahai Muhammad, beramallah kamu akan segala apa yang diperintahkan, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Taubah, ayat 105)
Kedua, penilaian-Nya Maha Menyeluruh sehinggakan tiada apapun yang terkecuali seperti firman-Nya yang bermaksud: “Maka sesiapa berbuat kebajikan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya). Dan sesiapa berbuat kejahatan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya).” (Surah al-Zalzalah, ayat 7 dan
Ketiga, penilaian-Nya Maha Halus dan akan dicatat sementara keempat, penilaian dan ganjaran Allah sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Oleh sebab itu, hukum wajib menunaikan haji itu hanya disyaratkan kepada mereka yang berkemampuan dari sudut material, kesihatan mahupun keselamatan diri atau ahli keluarga yang ditinggalkan.
Kelima, penilaian dan ganjaran itu memberikan kepuasan. Bahkan, semakin tinggi darjat dan kesukaran melaksanakan sesuatu kewajipan itu semakin tinggilah ketenangan dan kepuasan diperolehnya.
Keenam, ganjaran Allah Maha Tinggi meliputi sesuatu yang tidak boleh diberi oleh makhluk serta amat dihajati atau diingini manusia termasuklah ganjaran suci daripada dosa dan dijanjikan syurga. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Sesiapa yang menunaikan haji, tidak melakukan persetubuhan dan perkara fasik, nescaya dia akan kembali suci bersih daripada dosanya seperti hari dia dilahirkan oleh ibunya.” (Hadis riwayat imam al-Bukhari dan Muslim)
Ketujuh, dalam penilaian dan ganjaran-Nya, Allah SWT menyediakan suasana persekitaran penuh dengan rahmat dan keberkatan khasnya di Tanah Suci Makkah.
Beginilah istimewanya sistem penilaian dan ganjaran Allah SWT yang menjadi pendorong keimanan hamba-Nya. Justeru, prinsip dan bentuk asas dalam sistem ini dijadikan panduan dalam mewujudkan dorongan dan kepuasan bekerja hari ini, walaupun dalam pelbagai keterbatasan manusia.
Namun, apa yang sangat mustahak untuk diambil pengajaran adalah usaha mengambil pertimbangan yang seadil-adilnya dalam mengatur sistem penilaian dan menyediakan imbuhan serta penghargaan yang wajar dan setimpal.
Ia mestilah diusahakan sebaiknya oleh manusia dalam segenap urusan mereka bagi membuahkan kepuasan kerja dan keberkatan bagi pekerja serta majikan.
Labels:
Ayat Al-Quran,
Bulan Islam,
sunnah Nabi Muhammad,
Ulama
Thursday, October 13, 2011
Pengertian Ibadah Korban
Korban
Dari segi bahasa, korban bermaksud sesuatu yang dikorbankan kerana Allahsubhanahu wata‘ala. Dari sudut syara‘, korban bermaksud menyembelih binatang yang tertentu pada masa-masa yang tertentu dengan niat mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata‘ala.
Pensyari'atan Dan Hikmahnya
Korban telah disyari‘atkan pada tahun kedua hijrah sama seperti ibadah zakat dan sembahyang Hari Raya.
Firman Allah subhanahu wata‘ala: Maksudnya:
“Maka kerjakanlah sembahyang kerana Tuhanmu dan sembelihlah korban (sebagai tanda syukur)”
(Surah Al-Kauthar 108:2)
Hikmah disyari‘atkan korban ialah sebagai tanda bersyukur kepada Allahsubhanahu wata‘ala di atas segala nikmatNya yang berbagai dan juga di atas kekalnya manusia dari tahun ke tahun.
Ia juga bertujuan menjadi kifarah bagi pelakunya, sama ada disebabkan kesilapan-kesilapan yang telah dilakukan ataupun dengan sebab kecuaiannya dalam menunaikan kewajipan di samping memberikan kelegaan kepada keluarga orang yang berkorban dan juga mereka yang lain.
Korban tidak memadai dengan menghulurkan nilai harganya, berbeza dengan ibadah zakat fitrah yang bermaksud memenuhi keperluan golongan fakir, Imam Ahmad dikatakan menyebut amalan menyembelih korban adalah lebih afdhal daripada bersedekah dengan nilai harganya.
Hukum Melakukan Korban
Hukum melakukan korban ialah sunnah mu’akkadah bagi sesiapa yang mampu melakukannya.
Sabda Nabi Muhammad sallallahu ‘alayhi wasallam yang bermaksud:
“Aku diperintahkan agar menyembelih qurban dan ia sunat bagi kamu”
(Riwayat Tirmizi)
Pembahagian Ibadah Korban
Terdapat dua jenis Korban iaitu korban wajib dan korban sunat.
- Korban Wajib
- Korban Nazar.
Contohnya apabila seseorang menyebut, “Kerana Allah wajib ke atasku berqurban seekor kambing atau seekor unta ini” ataupun dengan menyebut, “Aku jadikan kambing ini sebagai korban”
Sama sahaja hukumnya dalam hal sama ada yang menyebutnya itu seorang yang kaya ataupun seorang fakir. Binatang yang dibelikan untuk tujuan korban oleh seorang fakir. Apabila seorang fakir membeli seekor kambing dengan niat untuk dikorbankan, maka ia menjadi wajib. Ini kerana membeli dengan tujuan berkorban oleh seseorang yang tidak wajib melakukannya dikira wajib kerana perbuatan ini dikira sebagai satu nazar.
Korban Sunat
Korban sunat ialah korban yang dilakukan oleh seseorang yang berkemampuan melakukannya sama ada miskin ataupun yang bermusafir, yang tidak berniat nazar atau membeli dengan tujuan korban.
Syarat-Syarat Korban
Syarat korban dapat dibahagikan kepada 3 bahagian iaitu:
- Syarat Wajib/Sunat Korban.
- Syarat Sah Korban.
- Syarat Mereka Yang Dituntut Berkorban.
Syarat Wajib/Sunat Korban
- Untuk dijadikan ibadah korban wajib ataupun sunat adalah disyaratkan dia mampu melaksanakannya.
- Orang yang dianggap mampu ialah mereka yang mempunyai harga untuk binatang korban yang lebih daripada keperluannya dan keperluan mereka yang di bawah tanggungannya untuk hari raya dan hari–hari tasyrik kerana inilah tempoh masa bagi melakukan korban tersebut.
- Kedudukannya sama seperti dalam masalah zakat fitrah, mereka mensyaratkan ia hendaklah merupakan yang lebih daripada keperluan seseorang juga keperluan mereka yang di bawah tanggungannya pada hari raya puasa dan juga malamnya sahaja.
- Hendaklah binatang yang diqurbankan itu tidak mempunyai sebarang kecacatan yang menyebabkan kekurangan kuantiti dagingnya ataupun menyebabkan kemudharatan terhadap kesihatan. Contohnya cacat yang teruk pada salah satu matanya, berpenyakit yang teruk, tempang atau kurus yang melampau.
- Hendaklah korban itu dalam masa yang tertentu iaitu selepas sembahyang Hari Raya Haji pada 10 Zulhijjah hingga sebelum terbenam matahari pada akhir Hari Tasyrik iaitu pada 13 Zulhijjah.
- Hendaklah disembelih oleh orang Islam.
- Orang yang berkongsi mengorbankan unta atau lembu tidak lebih dari tujuh orang di mana masing–masing menyumbang 1/7 bahagian.
Syarat Mereka Yang Dituntut Berkorban
- Islam.
- Merdeka.
- Aqil Baligh.
- Bermukim atau Musafir.
- Berkemampuan.
Waktu Pelaksanaan Ibadah Korban
Waktu bagi menyembelih korban bermula setelah selesai sembahyang Hari Raya dan bacaan khutbahnya iaitu setelah naik matahari sekadar segalah. Masanya berterusan siang dan malam sehingga Hari Tasyrik yang akhir iaitu sebelum terbenam matahari pada hari tersebut. Ini berdasarkan hadis Nabi yang diriwayat oleh Al-Barra’ bin ‘Azib :
“Perkara pertama yang kita mulakan pada hari ini ialah bersembahyang, kemudian kita balik dan melakukan penyembelihan korban. Sesiapa yang melakukan demikian maka dia telah menepati sunnah kami. Sesiapa yang menyembelih sebelum itu, maka ia merupakan daging yang disediakan untuk ahli keluarganya. Ia tidak dikira sebagai ibadah khas (korban) ini sedikit pun.”
Binatang Korban
Perbincangan tentang binatang korban ini meliputi empat perkara :- Jenis binatang yang diqurban.
- Umur binatang korban.
- Kadar binatang yang disembelih.
- Sifat–sifat binatang korban.
- Jenis Binatang Yang Dikorban
Para ulama’ sependapat bahawa ibadah korban tidak sah kecuali dengan menggunakan binatang an‘am, iaitu binatang jinak yang berkaki empat seperti unta, lembu dan kerbau, kambing biri–biri dan semua yang termasuk dalam jenisnya, sama ada jantan atau betina. Oleh itu, tidak sah berkorban dengan menggunakan binatang yang lain daripada binatang an‘am ini seperti kerbau liar dan kijang.
- Umur Binatang Korban
Umur binatang yang hendak dikorbankan berbeza-beza mengikut jenis binatang iaitu:
- Unta disyaratkan telah berumur lima tahun dan masuk ke umur enam tahun.
- Kambing dan lembu disyaratkan telah berumur dua tahun dan masuk ke umur tiga tahun.
- Kibasy disyaratkan telah memasuki umur dua tahun.
- Bagi anak unta, lembu, kambing dan kibasy yang telah berumur dua tahun lebih (yang telah bersalin gigi) harus dijadikan korban.
- Kadar Binatang Yang Disembelih
- Sifat–Sifat Binatang Korban
Sifat–sifat binatang korban sama ada betina atau jantan yang digariskan oleh syara‘ adalah seperti berikut:
- Terang penglihatannya iaitu tidak buta.
- Tidak cacat seperti kudung kaki, putus ekornya, terpotong hidungnya atau sebagainya.
- Gemuk, tidak harus pada binatang yang terlalu kurus.
- Ciri-ciri yang afdhal terdapat pada binatang korban itu:
- Gemuk pada keseluruhan anggotanya.
- Bertanduk.
- Putih warna bulunya (pada kibasy).
- Jantan.
Firman Allah subhanahu wata‘ala:
Maksudnya:
Kami syari‘atkan ibadah menyembelih korban (atau lain-lainnya) supaya mereka menyebut nama Allah sebagai bersyukur akan pengurniaanNya kepada mereka: binatang-binatang ternak yang disembelih itu.”
Kami syari‘atkan ibadah menyembelih korban (atau lain-lainnya) supaya mereka menyebut nama Allah sebagai bersyukur akan pengurniaanNya kepada mereka: binatang-binatang ternak yang disembelih itu.”
(Surah Al-Hajj 22:34)
Tidak terdapat sebarang dalil sama ada yang dinaqalkan daripada Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam atau sahabat yang menunjukkan mereka berkorban dengan binatang selain daripada binatang-binatang ternakan (an‘am) ini. Oleh kerana korban merupakan satu ibadah yang dikaitkan dengan binatang, maka ia hanya ditentukan kepada binatang an‘am sahaja sama seperti ibadah zakat.
Adapun binatang yang lebih afdhal dikorban ialah unta diikuti dengan lembu kemudian biri-biri atau kibasy kemudian kambing. Ini memandangkan kuantiti dagingnya yang lebih banyak bagi maksud pengagihan yang lebih meluas untuk fakir miskin.
Adapun binatang yang lebih afdhal dikorban ialah unta diikuti dengan lembu kemudian biri-biri atau kibasy kemudian kambing. Ini memandangkan kuantiti dagingnya yang lebih banyak bagi maksud pengagihan yang lebih meluas untuk fakir miskin.
Nabi sallallahu ‘alayhi wasallam juga telah bersabda yang bermaksud:
“Sesiapa yang mandi pada hari Jumaat dengan mandi junub, kemudian dia pergi (ke Jumaat) maka dia seolah-olah telah berkorban seekor unta. Sesiapa yang pergi pada saat kedua maka dia seolah-olahnya berkorban dengan seekor lembu. Sesiapa yang pergi pada saat ketiga maka dia seolah-olah berkorban dengan seekor kibasy yang bertanduk.”
Para fuqaha’ bersepakat mengatakan bahawa seekor kambing atau kibasy hanya mencukupi sebagai korban untuk seorang sahaja. Seekor unta atau lembu pula mencukupi untuk menjadi korban bagi tujuh orang. Ini berdasarkan hadith Jabir:
“Kami berkorban bersama Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam semasa di Hudaybiyah dengan seekor unta atau seekor lembu untuk tujuh orang.”
Dalam riwayat Muslim pula menyebut :
“Kami keluar bersama Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam dan kami berniat Haji. Maka Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam telah memerintahkan kami supaya berkongsi mengorbankan seekor unta atau seekor lembu. Setiap tujuh orang berkongsi seekor unta.”
Sifat yang makruh pada binatang korban:
- Rabit telinganya.
- Terpotong sedikit bahagian belakang atau depan telinganya.
- Tidak mempunyai tanduk sejak asalnya.
- Patah tanduk sebelah atau keduanya atau pecah bahagian tanduknya.
- Tanggal sebahagian giginya disebabkan tua atau jatuh.
- Kabur penglihatannya.
Perkara Sunat Ketika Berkorban
- Sunat menambat binatang yang hendak diqurbankan itu beberapa hari sebelum disembelih.
- Digantung tanda pada binatang yang hendak dikorbankan.
- Dibawa dengan baik dan ihsan ketika ke tempat penyembelihan.
- Disunatkan juga orang yang berkorban menyembelihnya.
- Sunat dihadapkan ke arah qiblat ketika menyembelih korban.
- Sunat memilih binatang yang paling gemuk, terelok dan terbesar untuk dijadikan korban.
- Sunat digunakan alat yang paling tajam dan diperbuat daripada besi.
- Setelah selesai disembelih maka sunat ditunggu sehingga binatang yang disembelih itu sejuk dan semua anggota tidak bergerak lagi.
- Sunat bagi mereka yang mahu melakukan korban tidak bercukur dan tidak memotong kukunya setelah tiba bulan Zulhijjah sehingga telah selesai berkorban.
- Binatang korban sunat dibaringkan di atas rusuk kiri sebelum dilakukan penyembelihan.
- Sunat ketika sembelihan korban dilakukan adalah seperti berikut:
- Membaca basmalah.
- Bersalawat ke atas Nabi Muhammad.
- Binatang diarahkan ke arah qiblat.
- Bertakbir sebelum atau selepas membaca basmalah.
- Berdoa.
- Orang yang berkorban hendaklah membaca doa seperti berikut :
- Sunat wakil yang melakukan sembelihan menyebutkan orang yang mewakilkannya seperti:
“Ya Allah, ini adalah nikmat yang datang dariMu dan dengannya aku mohon untuk dapat mendampingiMu.”
“Dengan nama Allah dan Engkau Yang Maha Besar, ini daripadaMu dan untukMu.Terimalah Ya Allah daripada si pulan, si pulan.....”
Perkara Makruh Ketika Berkorban
- Berlaku kasar kepada binatang yang hendak dikorbankan seperti mengheret atau memukul semasa membawa ke tempat sembelihan atau seumpamanya.
- Memerah susu atau menggunting bulu atau mengambil sebarang faedah dari binatang yang hendak dijadikan korban.
- Tidak menghadapkan ke arah qiblat semasa sembelihan dilakukan
- Bercukur atau memotong kuku setelah tiba bulan Zulhijjah hingga penyembelihan korban selesai dijalankan.
- Binatang yang telah dibeli untuk tujuan korban adalah makruh dijual kerana ia telah ditentukan untuk korban.
Hukum Daging Korban
- Korban yang wajib iaitu yang dinazarkan ataupun yang ditentukan sama ada dengan menyebut, “Ini adalah korban”, maka orang yang berkorban tidak boleh memakannya. Dia wajib menyedekahkan semuanya sekali.
- Anak kepada binatang korban yang ditentukan juga, perlu disembelih seperti ibunya, tetapi bezanya ia boleh dimakan kesemuanya oleh tuan yang mengorbankannya kerana disamakan dengan hukum susu, kerana tuannya harus meminum susu binatang korban yang selebih daripada anaknya walaupun perbuatan itu makruh.
- Bagi korban sunat, maka tuannya sunat memakannya, iaitu yang afdhalnya dia hendaklah memakannya beberapa suap sebagai mengambil berkat.Ini bersesuaian dengan firman Allah subhanahu wata‘ala:
Maksudnya:Dengan yang demikian makanlah kamu dari (daging) binatang-binatang qurban itu dan berilah makan kepada orang yang susah, yang fakir miskin.(Surah Al-Hajj, 22:28) - Hadith yang diriwayatkan oleh Al-Bayhaqi pula ada menyebut bahawa Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam telah memakan sebahagian daripada hati binatang korbannya. Hukum memakan daging korban pula tidak wajib, ini berdasarkan firman Allah subhanahu wata‘ala
Maksudnya:
Dan Kami jadikan unta (yang dihadiahkan kepada fakir miskin Makkah itu) sebahagian dari syi‘ar agama Allah untuk kamu, pada menyembelih unta yang tersebut ada kebaikan bagi kamu.
(Surah Al-Hajj, 22:36)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahawa ia dijadikan untuk kita. Setiap perkara yang dijadikan untuk manusia, maka dia diberi pilihan sama ada mahu memakannya atau tidak.
- Orang yang berkorban juga boleh menjamu kepada kalangan yang kaya, tetapi tidak boleh diberi milik kepada mereka. Yang boleh cuma dihantar kepada mereka sebagai hadiah yang mana mereka tidak akan menjualnya atau sebagainya.
- Mengikut pendapat dalam qawl jadid, orang yang berkorban boleh memakan sebahagian daripada korbannya. Mengikut qawl qadim pula harus memakan sebanyak separuh, manakala bakinya hendaklah disedekahkan.
- Sebahagian ulama’ berpendapat daging korban dibahagikan kepada tiga bahagian iaitu 1/3 daging disedekahkan dalam keadaan mentah, 1/3 daging dimasak dan dibuat jamuan dan 1/3 daging dimakan oleh orang yang berkorban.
- Pendapat yang asahpula, adalah wajib bersedekah dengan sebahagian daripada daging korban walaupun sedikit kepada orang Islam yang fakir walaupun seorang. Walaubagaimanapun, yang lebih afdhal hendaklah disedekahkan kesemuanya kecuali memakannya beberapa suap untuk mengambil keberkatan seperti yang telah dijelaskan.
- Bagi korban sunat pula, orang yang berqurban boleh sama ada bersedekah dengan kulit binatang tersebut atau menggunakan sendiri, seperti mana dia harus mengambil faedah daripada binatang itu semasa hidupnya. Tetapi bersedekah adalah lebih afdhal. Bagi korban yang wajib pula, kulit binatang itu wajib disedekahkan.
- Korban juga tidak harus dibawa keluar dari negeri asalnya sebagaimana yang ditetapkan dalam masalah membawa keluar zakat.
Sumber : www.al-azim.com
Pandangan Para Pemimpin & Pendakwah Mengnai Hudud
Wednesday, October 12, 2011
Antara fakta saintis barat dan fakta Al-Quran
"Fakta Saintis Barat
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi". Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): "Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya". Dan Ia telah mengajarkan
Nabi Adam, akan segala nama benda-benda dan gunanya, kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu Ia berfirman: "Terangkanlah kepadaKu nama benda-benda ini semuanya, jika kamu golongan yang benar". Malaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau (Ya Allah)! Kami tidak mempunyai pengetahuan selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami sesungguhnya Engkau jualah Yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana".
(Al-Baqarah- Ayat 30-34)
BERDASAR AYAT DIATAS BODOHKAH MANUSIA PERTAMA YG BERNAMA ADAM ITU. KEPANDAIAN BELIAU TENTANG BUMI MELEBIHI MALAIKAT DIATAS KUNIAAN ILMU ALLAH.
Fakta Al-Quran-Kisah Habil dan Qabil
Siti Hawa melahirkan kembar dua pasang. Pertama lahirlah pasangan Qabil dan adik perempuannya yang diberi nama "Iqlima", kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habil dan adik perempuannya yang diberi nama "Lubuda". Kerana Qabil tetap berkeras kepala tidak mahu menerima keputusan ayahnya dan meminta supaya dikahwinkan dengan adik kembarnya sendiri Iqlima maka Nabi Adam seraya menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai yang meliputi keluarga beliau secara bijaksana mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya. Caranya ialah bahawa masing- masing dari Qabil dan Habil harus menyerahkan korban kepada Tuhan dengan catatan bahawa barang siapa di antara kedua saudara itu diterima korbannya ialah yang berhad menentukan pilihan jodohnya.
BERDASAR KISAH DIATAS MASIH BODOHKAH MANUSIA GENERASI KEDUA SEHINGGA MEREKA MAMPU MENTERNAK HAIWAN DAN TERLIBAT DIDALAM BIDANG PERTANIAN GANDUM? BUKANKAH ITU HASIL DIDIKKAN ILMU DARI MANUSIA PERTAMA YAKNI NABI ADAM A.S YG JUGA MENDAPAT ILMU DARI ALLAH S.W.T JUGA.
Fakta Hadith Hadis al-Bukhari yang berbunyi : Abu Dzar telah meriwayatkan: saya telah bertanya kepada Rasulullah SAW:
"Apakah masjid yang pertama dibina di atas muka bumi ini?, Rasulullah SAW menjawab:"Masjid al-Haram", saya bertanya lagi: "kemudiannya...", balas Rasulullah SAW:"Masjid al-Aqsa". Saya bertanya lagi: "Berapakah jarak di antara keduanya (tempohdibina kedua-duanya), balas Rasulullah SAW: "empat puluh tahun, di mana sahajakamu dapat bersolat pada keduanya, maka bersolatlah (di sana), di sana ada kelebihan
(untuk mereka yang bersolat di kedua-dua masjid tersebut)".Nabi Adam a.s adalah manusia pertama membina Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa didalam selang waktu 40tahun.
MASIH BODOHKAH MANUSIA PERTAMA ITU WALAUPUN DIDLM ILMU PEMBINAAN.
Fakta Sejarah Islam Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu, kemahiran, serta kemampuan untuk mencipta alat-alat yang dapat mempermudahkan pekerjaan manusia, seperti pengenalan tulisan, matematik, ilmu astronomi.
SEDARKAH PEN, TULISAN, HURUF, ANGKA, DAN ILMU CAKRAWALA ITU ADALAH HASIL TAMADDUN MANUSIA DAHULU LAGI YG KAMU KATAKAN BERCAWAT ITU. MASIH BODOHKAH MANUSIA TERDAHULU ITU?
Sekarang terserah kepada anda sendiri. Fakta mana mahu dijadikan pegangan aqidah/iman. Jika kamu jadikan Saintis Barat kiblat kamu kerana kemampuan mereka menonjolkan teknologi untuk meyakinkan kamu terserahlah. Tapi bagiku, mukjizat AlQuran itu lebih hebat drpd segalanya. Hati hati dengan program National Geography yang terkadang menyesatkan.
Subscribe to:
Posts (Atom)